REVIEW BUKU
ISLAMISASI ILMU
PENGETAHUAN
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Keterpaduan Islam dan Iptek
Dosen
: Edy Chandra, S.Si, M.A
Disusun
Oleh :
WELLI UTAMI
59461292
TARBIYAH
/ IPA-BIOLOGI (D) / SEMESTER VII
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2012
REVIEW
BUKU
1. INFO BUKU
Judul
buku :
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Judul
Asli :
Islamization of Knowledge
Pengarang : Ismail Al – Faruqi
Penerjemah : Mustafa Kasim (edisi Malaysia) & Andre Wahyu (edisi
Indonesia)
Penerbit : Lontar Utama
Tahun terbit : 2000 (Cetakan pertama)
Tebal buku : 150 Halaman
2.
RINGKASAN
ISI BUKU
Buku ini
merupakan sebuah rancangan tentang islamisasi ilmu pengetahuan bagi para
intelektual islam di seluruh dunia, rancangan ini sangat penting karena
memperhatikan secara cermat suatu keadaan, pengalaman masa lampau serta rencana
masa depan menuju satu arah perubahan yang diinginkan. Semua ini merupakan
langkah dasar untuk survive dan kejayaan islam.
Rancangan ini juga
menegaskan keadaan umat yang kini sedang dilanda ‘krisis” yang sangat
berbahaya. Sehubungan dengan itu, rancangan ini berusaha mengemukakan satu
penawar yang tepat untuk penyembuhan penyakit umat. Krisis umat mencapai
puncaknya ketika barat berhasil mewujudkan suatu kekuatan asing di atas bumi
islam yang berfungsi sebagai pusat untuk menyemai segala rencana dan cita-cita
mereka. Implementasi kekuatatn tersebut dibuat melalui bentuk imperealisme yang
paling lazim. Dan hal ini merupakan suatu tantangan tersendiri bagi umat islam.
Buku ini memiliki
delapan bab yang masing-masing bab menjelaskan secara rinci mengenai isi buku.
Bab pertama pada buku ini bercerita tentang masalah yang diangkat dalam buku
ini yaitu tentang krisis umat. Saat ini umat islam sedang dalam posisi terbawah
jika diukur dengan bangsa lain di dunia, pada abad ini pula, tidak ada bangsa
lain yang menerima nasib: kekalahan dan penghinaan yang sama dengan umat islam.
Dunia umat islam selalu digambarkan dalam keadaan perselisihan dan perpecahan
internasional, pergolakan antar sesama, peperangan serta ancaman umat islam
terhadap keamanan dunia. Dalam pikiran barat, dunia islam merupakan dunia
“orang yang sakit” dan akibatnya seluruh dunia terpengaruh dengan asumsi akar
dari segala kebinasaan adalah agama islam.
Dampak utama krisis
umat ini terjadi di segala aspek mulai dari konteks politik, ekonomi, sampai
konteks kebudayaan dan agama. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa puncak dan
akar “krisis umat” ialah sistem pendidikan. Sistem pendidikan barat telah
mendapat dukungan yang besar untuk menyingkirkan sistem pendidikan islam. Di
banyak tempat, pendidikan islam lebih bersifat swasta dan sulit unutk menerima
bantuan masyarakat. Contoh klasiknya adalah Al-Azhar dengan cara
mengkonfrontasikan dua konsep kurikulum pendidikan yamg saling bertentangan
yaitu “islam dan modernisme”.
Masalah rendahnya mutu
institusi dunia islam tidak dapat terselesaikan, keadaan ini terjadi kerna
tidak adanya visi. Dalam dunia islam, visi islam tidak diajarkan langsung
kepada semua pelajar tidak sebagaiman dalam tradisi barat yang mengajarkan visi
kepada semua pelajar dengan konsisten, integral, penuh komitmen dan kesungguhan
serta komprehensif.
Bab kedua dalam buku
ini berisi tentang tugas yaitu tugas utama yang mesti dilakukan oleh umat islam.
Tugas utama yang mesti dilakukan oleh umat islam adalah masalah pendidikan.
Yang diperlukan ialah mereformasi sistem pendidikan di dunia islam yang saat
ini terbagi kepada sistem pendidikan iaslam dan pendidikan sekuler haruslah
diubah dan dihapuskan. Kedua sistem ini mesti disatukan dan dilengkapi,
sementara dalam sistem yang baru hendaklah ditanamkan ruh islam yang berfungsi
sebagai bagian dari usaha ideologisasi yang utuh.
Sistem pendidikan islam
seharusnya diintegrasikan dengan sistem pendidikan sekuler di sekolah-sekolah
dan universitas. Integrasi ini diharapkan akan melahirkan suatu sistem
pendidikan baru yang seragam dengan mengambil hal-hal terbaik dari kedua sistem
tersebut. Penyatuan ini diharapkan dapat membawa ilmu-ilmu islam kepada sistem sekuler
dan ilmu-ilmu moderen kepada sistem islam.
Satu langkah penting
dalam usaha untuk mencegah pengikisan nilai-nilai islam ialah mewajibkan setiap
pelajar selama waktu studi mengambil mata pelajaran kebudayaan islam. Mereka
harus mengetahui warisan umat islam, memiliki jiwa islam serta membiasakan diri
dengan peradabannya agar mereka memahami identitasnya sebagai umat islam.
Tanggung jawab mengislamkan ilmu pengetahuan
merupakan tugas yang amat sulit untuk dilaksanakan. Inilah tugas besar yang
harus dihadapi para cendekiawan dan pemimpin islam. Mereka harus mengkaji kembali
keseluruhan warisan ilmu pengetahuan manusia berdasarkna visi islam.
Kandungannya merupakan obyek berbagai disiplin ilmu. Mengkaji lagi ilmu
pengetahuan dengan mengaitkan islam ialah mengislamkannya. Ini berarti untuk
menentukan, menyusun fakta, memikirkan sebab dan kaitan fakta, menilai
kesimpulan, dan juga untuk merancang ulang tujuan-tujuannya. Semuanya harus
dilakukan dengan rapi agar visi islam kaya akan disiplin ilmu dan sesuai dengan
tujuan islam.
Bab ketiga buku ini
berisi tentang metodologi tradisional yaitu dengan menentukan segala modifikasi
dan mentaati syariah secara kaku. Mereka juga meninggalkan sumber utama
kreativitas perundang-undangan yaitu ijtihad; dengan menyatakan bahwa pintu ijtihad
telah tertutup. Mereka menjaga syariah sebagaimana yang telah disempurnakan
dari hasil kerja para nenek moyang dan menyatakan apa saja yang timbul darinya
merupakan suatu pembaruan. Setiap pembaruan yang tidak diinginkan akan dikecam.
Seperti yang telah diperlihatkan di sekolah-sekolah, syariah menjadi kaku dan
merupakan perwujudan islam itu sendiri. Penerimaan secara lebih mendalam akan
tasawuf dan tarekat-tarekat dapat membantu umat islam dalam mengatasi kesulitan
mereka berkenaan dengan tidak adanya ijtihad sebagai sumber kreativitas. Dengan
ini syariah kekal sebagai sistem tertutup hingga kini saat ilmu pengetahuan dan
teknologi modern memberi kekuatan kepada barat untuk menggempur dan mengalahkan
umat islam.
Dalam sistem tradisional,
beberapa usaha pembaruan telah dilakukan dan yang paling berani adalah yang
diusulkan oleh muhammad ‘abduh dan gurunya jamaluddin al-afghani. Meskipun umat
islam di semua tempat sadar dan menerima usulan utnuk membuka kembali pintu
ijtihad tetapi langkah itu gagal karena para mujtahid tidak berubah.
Perkembangan yang
paling tragis dalam sejarah intelektual umat islam ialah pemisahan anatara
wahyu dan akal. Sebenarnya pemisahan ini berasal dari logika yunani dan berpengaruh
terhadap sebagian umat islam yang sangat berhasrat mempergunakan
metodologi-metodologi tersebut untuk meyakinkan masyarakat non islam tentang
kebenaran islam. Keadaan ini menyebabkan keduanya; wahyu dan akal berada di
satu lorong terpisah.
Pemisahan antara wahyu
dan akal sama sekali tidak dapat diterima. Hal tersebut berpengaruh nergatif
bagi seluruh ruh islam, bertentangan dengan ajaran utama Al-Quran dalam
berargumentasi, menganalisis segala masalah secara rasional, memihak kepada
argumentasi sederhana dan lebih rasioanal. Secara tegas, islam mengajak manusia
agar mempergunakan akal dan kemampuan alamiahnya untuk membuat suatu
pertimbangan atas semua tuntutan dan pilihan serta senantiasa berada dalam
keadaan yakin. Hal ini akan menjadikan manusia seanantiasa tegas dan berkata
benar setelah benar-benar yakin akan sesuatu serta senantiasa melakukan
tindakan yang realistis. Peringatan, perintah serta arahan-arahan seperti ini
terdapat dalam setiap halaman Al-Quran. Tanpa akal, kebenaran wahyu tidak dapat
dibuktikan dan kita tidak dapat mengetahui bahwa wahyu itu benar sebagai firman
tuhan.
Pada permulaan sejarah
islam, pemimpin merupakan pemikir dan pemikir adalah pemimpin. Visi islam masa
itu dominan dan bersemangat untuk merealisasikan sejarah yang menentukan semua
tindak-tanduk dan cita-cita umat. Visi tersebut merupakan hal utama yang
dipikirkan oleh seluruh masyarakat islam. Setiap umat islam sadar untuk mencari
jalan dengan meneliti kebenaran serta peluang saat menjalani reinkarnasi ke
dalam bentuk-bentuk islam. Oleh karena itu, pemikiran islam ditegakkan ke arah
realitas alamiah, maka ikatan yang terbina dari kehidupan dan praktik ini
menghasilkan laboratorium yang dapat dipergunakan sebagai tempat percobaan
ide-ide kreatif pemikiran islam.
Kemudian, perpaduan
antara pemikiran dan tindakan terpisah.
Pada saat keduanya mulai terpisah, saat itu pula potensi keduanya menurun. Para
pemimpin poloitik dan penguasa menghadapi krisis berkepanjangan tanpa
mempertimbangkan pemikiran, atau tanpa berunding denngan orang yang berilmu
untuk mendapat kearifannya. Akibatnya terjadilah kekacauan dan keadaan ini
menyababkan para bijak teralienasi dan terpisah dari mereka. Untuk
memperetahankan kedudukannya, para pemimpin politik lebih banyak melakukan
kecurangan dan kesalahan. Sementara itu, para pemikir dipisahkan dari
partisipasi aktifnya kepada umat, serta menggunakan nilai-nilai luhur sebagai
landasan untuk mengkritik politik pihak penguasa. Diantara mereka mulai
memuaskan kepentingannya dengan menghalalkan masalah yang bertentangan dengan
norma-norma dan kebenaran.
Al-shirath
al-mustaqim atau “jalan yang lurus”, merupakan
harapan semua pihak dan dipraktikkan oleh kaum muslimin sebagai jalan penyatuan
dari visi islam. Pada saat kejatuhan islam dan pemisahan pemikiran dari praktik
atau tindakan, jalan tersebut terpecah dua; jalan Allah atau kesalehan dan
jalan keduniaan.
Bab keempat dalam buku
ini berisi tentang prinsip dasar metodologi islam. Sebagai prasyarat untuk
menghapuskan dualisme sistem pendidikan dan dualisme corak kehidupan dalam
mencari penyelesaian masalah yang dihadapi oleh umat islam, maka perlu
dilakukan islamisasi ilmu pengetahuan. Islamisasi ilmu pengetahuan sewajarnya
mengamati prinsip-prinsip yang dianggap penting dalam islam. Untuk menarik
kembali disiplin-disiplin keilmuan ke dalam islam berarti harus merumuskan
teori, prinsip-prinsip metodologis dan tujuan-tujuan yang tunduk kepada keesaan
Allah, kesatuan alam semesta, kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kesatuan
kehidupan, kesatuan kemanusiaan, serta sifat wahyu dan akal yang saling melengkapi.
Prinsip tauhid,
mengesakan Allah Swt. Adalah prinsip utama dalam islam, dan apa saja yang
islamiah ialah keesaan kepada Allah Swt. Tiada Tuhan selain Allah, tidak ada
satu masalahpun selain dari-Nya. Allah secara mutlak Esa, Allah Maha Pencipta,
dan atas kehendak-Nya segala sesuatu dapat terjadi.
Bab kelima dalam buku ini berisi
tentang rencana kerja. Ada beberapa obyek rencana kerja, antara lain:
a)
Penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
modern.
b)
Penguasaan warisan ilmu pengetahuan
islam.
c)
Menentukan relevansi islam dengan setiap
bidang ilmu penegtahuan modern.
d)
Mencari sintesis kretaif antara warisan
ilmu pengetahuan islam dengan ilmu pengetahuan modern.
e)
Memeberikan arah bagi pemikiran islam ke
jalan yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt.
Adapun langkah-langkah
penting dalam islamisasi ilmu pengetahuan yaitu pertama, menguasai dan mahir dalam
disiplin ilmu pengetahuan modern: penguraian kategori. Disiplin-disiplin
ilmu pengetahuan di barat berada dalam tahap kemajuan, kemudian dipecah kepada
beberapa kategori prinsip, metodologi, masalah, dan tema. Kedua, tinjauan disiplin ilmu pengetahuan. Langkah ini bertujuan
untuk memantapkan pemahaman umat islam tentang disiplin ilmu pengetahuan yang
berkembang di barat. Ketiga, menguasai
warisan islam: sebuah ontologi. Langkah ini melibatkan persiapan penerbitan
beberapa jilid ontologi bacaan-bacaan terpilih dari warisan islam untuk setiap
disisplin ilmu pengetahuan modern. Keempat,
menguasai warisan islam: tahap analisis. Guna lebih mendekatkan hasil-hasil
karya warisan islam dengan para sarjana muslim yang terdidik secara barat, kita
perlu melakukan sesuatu yang lebih besar dari sekedar menyampaikan bahan-bahan
dalam bentuk ontologi. Kelima, penentuan
penyesuaian islam yang khusus terhadap disiplin-disiplin ilmu pengetahuan.
Langkah-langkah terdahulu merupakan usaha dalam merumuskan masalah bagi para
pemikir islam. Semuanya secara bersamaan, mengusahakan perkembangan disiplin
ilmu yang luput dari pengawasan selagi mereka terlelap dalam tidur. Keempat
langkah tersebut diatas harus mampu menjelaskan kepada mereka dengan teknik
tinggi dan penjelasan yang meyakinkan tentang sumbangan warisan islam dalam
bidang-bidang yang dipelajari serta tujuan umum disiplin ilmu pengetahuan
modern pada tingkat teori, rujukan, dan aplikasinya.
Keenam,
penilaian kritis terhadap disiplin ilmu pengetahuan modern: hakikat dan
kedudukannya saat ini. Disiplin ilmu pengetahuan modern dan
warisan islam telah dipaparkan, maka metodologi, prinsip, tema, masalah, dan
pencapaiana keduanya pun telah diketahui, dikaji dan dianalisis. Akhirnya
hubungan khusus antar islam dengan disiplin ilmu pengetahuan menjadi tegas.
Dengan itu, setiap disiplin mestilah menjadi subyek analisis kritis dari sudut
pendirian islam. Hal ini merupakan suatu langkah utama dalam proses islamisasi
ilmu pengetahuan. Ketujuh, penilaian
kritis terhadap warisan islam; perkembangannya saat ini. Apabila mengemukakan
warisan islam, maksud pertama ialah al-Quran dan sunnah rasulullah Saw.
Keduanya bukanlah obyek untuk dikritik atau dinilai. Kedudukan al-Quran yang
datngnya dari Allha dan kesempurnaan sunnah tidak dapat disangkal lagi. Walau
bagaimanapun juga, penialian umat islam tentang kedua hal tersebut dapat dipersoalkan.
Malahan sewajarnya selalu dinilai dan di kritik berdasarkan prinsip-prinsip
yang bersumber pada kedua dasar islam itu sendiri. Karya ilmiah manusia
walaupun berdasarkan pada kedua sumber utama diatas ia tetap sebagai usaha
intelektual manusia. Unsur manusia ini perlu dikaji kemballi karena tidak lagi
memainkan peran yang dinamis dalam kehidupan umat islam saat ini seperti yang
seharusnya. Kedelapan, kajian masalah
utama umat islam. Umat islam telah terbangun dari tidur yang panjang, maka pada
hari ini mereka berhadapan dengan masalah-masalah yang hebat diseluruh bidang
kehidupan. Kebijaksanaan setiap disiplin ilmu pengetahuan sewajarnya dipaparkan
dan dimanfaatkan untuk memikul masalah umat islam, agar dapat dipahami dan
dinilai dengan benar serta tepat pengaruhnya terhadap kehidupan umat, dengan
membuat daftar secara teliti semua pengaruh yang diberikan bagi tujuan
keberadaan islam di dunia. Kesembilan, kajian
tentang masalah yang dihadapi umat manusia. Langkah ini merupakan satu bagaian
dari visi islam dalam memikul tanggung jawab bukan saja untuk kebaikan umat
islam tapi untuk seluruh umat manusia di dunia. Sesungguhnya, amanah Allah SWT
meliputi seluruh jagat raya, dan implikasi tanggung jawab manusia terdapat di
dalamnya yang harus sejalan. Dalam beberapa hal, umat islam masih tertinggal
jika dibandingkan dengan bangsa lain secara keseluruhan. Tetapi, secara
dogmatis, paling memungkinkan dapat menggabungkan bidang kemakmuran agama,
etika dan material sekaligus, tanpa tersaingi. Hanya umat islam an sich yang memiliki visi yang
diperlukan untuk kemjauan peradaban manusia hingga dapat membuat sejarah
berjalan ke arah yang dikehendaki oleh Allah SWT. Kesepuluh, analisis kreatif dan sintesis. Setelah memahami,
menguasai disiplin ilmu-ilmu pengetahuan modern dan ilmu-ilmu pengetahuan islam
tradisional, menilai kekuatan dan kelemahan keduanya, menentukan kaitan islam
dengan bidang-bidang pemikiran ilmiah tertentu pada disiplin ilmu-ilmu
pengetahuan modern.
Kesebelas,
membentuk kembali disiplin ilmu modern dalam kerangka kerja islam: buku teks
universitas. Islamisasi disiplin ilmu pengetahuan tidak mungkin terlaksana
hanya dengan sebuah buku teks meskipun berkualitas. Dibutuhkan sejumlah buku
teks dalam usaha merealisasikan ketahanan intelektual para pemikir islam serta
kebutuhan dasar kaum muslimin yang tidak terbatas dalam merancang dan
memperkenalkan visi islam. Keduabelas,
pendistribusian ilmu yang telah diislamkan. Merupakan kesia-siaan apabila hasil
karya para sarjana islam hanya disimpan sebagai koleksi pribadi. Karya-karya
intelektual yang dihasilkan bertujuan untuk membangkitkan, memberi petunjuk dan
memperkayakan umat islam ataupun umat manusia di dunia. Ini sebabnya kerangka
kerja islam menyarankan agar hasil kerja yang diperoleh harus disebarluaskan
kepada setiap sarjana islam. Alat bantu lain yang diperlukan untuk mempercepat
islamisasi ilmu pengetahuan yaitu konfrensi dan seminar serta lokakarya untuk
pembinaan para pegawai.
Bab keenam dalam buku
ini berisi tentang agenda institut. Walaupun agenda yang dibicarakan dalam buku
ini pada hakikatnya merupakan tindakan yang akan diambil pihak institut, namun
hal tersebut merupakan rencana umum yang menyeluruh.
Rencana islamisasi ilmu
pengetahuan yang telah dibuat oleh pihak institut adalah menanamkan kesadaran
di kalangan umat tentang adanya krisis pendapat/ide, menanamkan pemahaman
inheren akan sifat-sifat krisis ide dalam pemikiran islam; mengetahui sebab dan
solusinya, memberikan definisi kritis hubungan antara kegagalan pemikiran islam
dan metodologinya, membangkitkan ideologi umat, mempergunakan serta menyatukan
metodologi islam dalam disiplin ilmu sosial-kemasyarakatan, melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan ke arah pembangunan kebudayaan dan metodologi islam saat ini,
membantu membuat suatu penelitian, kajian, dan tugas kerja atas metodologi dan
cakupannya, dalam rangka menjelaskan konsepsi islam serta pandangan intelektual
dalam meletakkan dasara bagi perkembangan ilmu, serta menyediakan kader-kader
cendekiawan yang dibutuhkan dalam mengembangkan islamisasi ilmu pengetahuan melalui berbagai kajian.
Bab ketujuh dalam buku
ini berisi tentang penjelasan penting. Tanpa visi yang menyeluruh dan padu,
krisis yang dihadapi tidak dapat diselesaikan dengan memfokuskan perhatian pada
aspek-aspek tertentu atau isu penting dan mengabaikan yang lain. Kita mesti
bergerak dengan bijak dan ilmiah, yang selama ini dapat menghalangi kita
melengkapi diri dengan baik dalam menyiapkan corak dasar kebudayaan islam bagi
individu dan masyarakat. Perlu ditegaskan disini bahwa, “islamisasi”
melambangkan kebenaran, keadilan, perubahan, dan pembaruan yang melibatkan
seluruh umat islam. Secara definitif, perhatian dan fokusnya tercurah untuk
seluruh umat manusia. Islamisasi bertujuan mengkaruniakan kehormatan dan
kemuliaan kepada semua manusia yang hidup di bumi ini.
Islamisasi ilmu
pengetahuan merupakan salah satu aspek islamisasi secara keseluruhan,
islamisasi ilmu pengetahuan ialah kerangka kerja yang menyeluruh dan menentukan
tahap perkembangan individu dan masyarakat, pemikiran dan tindakan, pendidikan
dan praktik, pengetahuan dan organisasi, pemerintah dan rakyat, dunia masa kini
dan masa yang akan datang.
Bab kedelapan dalam buku ini berisi tentang kebutuhan
keuangan berupa wakaf dan penanaman modal. Dukungan terhadap kegiatan
kesejahteraan dan pelayanan umum dalam bentuk sumbangan-sumbangan resmi yang
terbatas menyebabkan umat kehilangan salah satu dari sumber bantuan yang utama
guna melakukan aktivitas yang kreatif dan inovatif. Keterbatasan ini disebabkan kelemahan yang signifikan dari segi politik,
administrasi, dll. Sumber ini didapatkan dari usaha privatisasi yang memiliki
unsur kebaikan atau atas budi baik individu serta kesungguhan mereka terhadap
reformasi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Sekarang ini
sumbangan-sumbangan sulit di dapat dan kalaupun mungkin hal tersebut amat
sedikit serta bersifat insidental. Siapapun yang memerlukan sumber keuangan
perlu berusaha keras. Hal ini secra tiodak langsung berdampak kepada aktivitas
dan prestasi kerja, disamping banyak membuang waktu dengan melakukan perjalanan
jauh untuk mendapatkan sumbangan atau derma ini. Tambahan lagi, perjalanan
tersebut menyebabkan lebih banyak pembagian tugas dan membuang waktu istimewa
mereka yang berbakat.
3.
KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN BUKU
KELEBIHAN
Kelebihan dari buku ini ialah
memberikan pandangan secara berurutan dan terklasifikasi cukup baik, yakni
antara permasalahan dan tantangan yang dihadapi ummah, mengidentifikasi sumber
problematika dan malaise yang dihadapi ummah dari beberapa bidang yang ternyata
jika ditelusuri semuanya berpusat pada sistem pendidikan dan pendidikan Islam
itu sendiri.
Selain mengidentifikasi malaise yang dihadapi ummah
saat ini, buku yang terbentuk dari makalah yang ditulis oleh Isma’il Raji al
Faruqi ini juga memberikan pandangan secara mendetail terkait seperti
Islamisasi Pengetahuan yang dimaksud dalam dunia pendidikan Islam.
Kelebihan selanjutnya adalah
mengenai penjelasan yang menjadi pembahasan pokok dalam buku ini tentang
gambaran tugas ummah kedepan mesti seperti apa. Kemudian, penulis pun
memberikan gambaran dan penawaran langkah-langkah agar Islamisasi Pengetahuan
ini dapat mencapai tujuannya dalam dunia pendidikan Islam. Sehingga dapat
terciptanya kebudayaan dan peradaban islam itu sendiri.
Kelebihan dalam organisasi penulisan
temasuk tata cara, struktur dan tanda baca penulisan menurut saya cukup baik.
Karena beberapa pembahasan mudah dimengerti bagi kalangan akademis dan selalu
dijelaskan secara kontekstual. Strukturnya pun cukup baik karena menjelaskan
klimaks permasalahan dan kemudian terdapat tawaran dan gambaran mengenai
solusi. Kemudian, tanda baca yang ada cukup baik, disamping buku ini merupakan
terjemahan bahasa.
Buku ini juga merupakan bacaan
scholar, maksudnya buku untuk akademisi. Buku ini dapat dipakai sebagai
referensi dalam penelitian dan juga sebagai bahan perbandingan pemikiran atau
pandangan.
KELEMAHAN
Kelemahan dari buku ini tidak begitu
banyak, antara lain yaitu bahasa tulisan dalam buku ini yang merupakan
terjemahan, menjadikan beberapa penjelasa dalam buku ini menjadi kurang
langsung dapat dipahami. Kemudian ada pula tanda baca yang tidak beraturan
dalam buku ini. Selain itu, ketidakjelasan dalam buku ini mungkin disebabkan
juga oleh isinya yang merupakan makalah yang dibukukan. Jadi, tidak begitu
terstruktur rapih.
Selain itu terkait pembahasan yang
ada dalam buku ini, buku ini lebih banyak membahas tentang seperti apa ilmu
yang ada di-Islamisasikan dan semua itu jika dilihat cenderung bersifat
implisit karena membahas tentang dunia Pendidikan. Menurut saya lebih bagus
judul buku ini adalah “Islamisasi Pendidikan atau Pendidikan Islam”.
Kemudian, cetakan buku yang belum pernah ada
pembaharuan menjadi kelemahan buku ini juga, karena isi dan tulisan buku yang
terlihat lampau, ditambah lagi dengan bentuk dan covernya yang kurang
impressive