Lihatlah Tanaman Paling Rakus di Dunia
KOMPAS.com — Apakah tanaman paling rakus di dunia? Jawabannya adalah Nephentes sp.
atau yang lebih dikenal dengan nama kantung semar, tanaman yang
pastinya sudah akrab di telinga Anda. Tanaman itu bisa memakan 6.000
rayap setiap harinya untuk mendapatkan nutrisi.
Hah, memakan rayap? Yup, tanaman kantung semar adalah jenis tanaman karnivor, suatu jenis tanaman yang tidak hanya menyerap nutrisi dari tanah, tetapi juga mendapatkannya dari hewan, terutama serangga. Salah satu jenis serangga yang dimanfaatkan tanaman karnivor, terutama kantung semar, adalah rayap. Bukan cuma lalat seperti sering dijadikan contoh.
Hah, memakan rayap? Yup, tanaman kantung semar adalah jenis tanaman karnivor, suatu jenis tanaman yang tidak hanya menyerap nutrisi dari tanah, tetapi juga mendapatkannya dari hewan, terutama serangga. Salah satu jenis serangga yang dimanfaatkan tanaman karnivor, terutama kantung semar, adalah rayap. Bukan cuma lalat seperti sering dijadikan contoh.
Kantung semar memiliki bentuk seperti piala dengan lubang di tengahnya.
Bagian bibir dari piala tersebut mengandung nektar yang berfungsi
sebagai jebakan bagi serangga. Sementara bagian dalam dari piala
memiliki permukaan licin, membuat serangga bisa dengan mudah terperosok
ke dalam piala.
Di alam bebas, strategi kantung semar agar bisa mendapat makanan ini bekerja dengan baik. Setiap harinya, ribuan serangga berduyun-duyun mendatangi kantung semar. Mereka memadati bagian bibir piala untuk bisa memakan nektarnya dan di tengah kepadatan itu, beberapa rayap yang bernasib sial terpaksa harus jatuh ke bagian dalam piala.
Jika sudah terjatuh, maka tamat sudah. Piala kantung semar akan mengatup, tak memungkinkan serangga untuk melarikan diri. Rayap-rayap itu harus merelakan dirinya menjadi santapan bagi kantung semar. Kantung semar akan menyerap nitrogen pada rayap, kemudian menggunakannya sebagai nutrisi.
Di alam bebas, strategi kantung semar agar bisa mendapat makanan ini bekerja dengan baik. Setiap harinya, ribuan serangga berduyun-duyun mendatangi kantung semar. Mereka memadati bagian bibir piala untuk bisa memakan nektarnya dan di tengah kepadatan itu, beberapa rayap yang bernasib sial terpaksa harus jatuh ke bagian dalam piala.
Jika sudah terjatuh, maka tamat sudah. Piala kantung semar akan mengatup, tak memungkinkan serangga untuk melarikan diri. Rayap-rayap itu harus merelakan dirinya menjadi santapan bagi kantung semar. Kantung semar akan menyerap nitrogen pada rayap, kemudian menggunakannya sebagai nutrisi.
Kantong Semar Ini Sanggup Memakan Tikus
LONDON, KOMPAS.com — Stewart McPherson serta dua pakar
botani, Alastair Robinson dan Volker Heinrich, menemukan spesies kantong
semar raksasa dalam ekspedisi di Gunung Victoria, Filipina.
Dalam pernyataan seperti dikutip Daily Mail, Selasa (3/4/2012), McPherson menuturkan, "Ini salah satu tanaman karnivora terbesar yang belum ditemukan sampai abad ke-21."
Spesies kantong semar raksasa yang ditemukan diberi nama Nepenthes attenboroughii. Nama tersebut diberikan untuk menghormati Sir David Attenborough.
Kantong jebak pada jenis kantong semar raksasa ini begitu besar hingga mampu menampung air sebanyak 1,5 liter, sementara lebar kantong adalah 14 cm.
"Banyak kantong semar tak hanya menjebak serangga, tetapi juga hewan pengerat, seperti tikus, dan spesies baru Nepenthes attenboroughii ini jelas bisa menangkap mangsa sebesar itu," kata McPherson.
Sekali mangsa tertangkap, cairan asam dan enzim dalam kantong akan menghancurkan bagian yang lunak dari mangsa. Bagian yang tersisa hanya tulang belulang.
Dalam pernyataan seperti dikutip Daily Mail, Selasa (3/4/2012), McPherson menuturkan, "Ini salah satu tanaman karnivora terbesar yang belum ditemukan sampai abad ke-21."
Spesies kantong semar raksasa yang ditemukan diberi nama Nepenthes attenboroughii. Nama tersebut diberikan untuk menghormati Sir David Attenborough.
Kantong jebak pada jenis kantong semar raksasa ini begitu besar hingga mampu menampung air sebanyak 1,5 liter, sementara lebar kantong adalah 14 cm.
"Banyak kantong semar tak hanya menjebak serangga, tetapi juga hewan pengerat, seperti tikus, dan spesies baru Nepenthes attenboroughii ini jelas bisa menangkap mangsa sebesar itu," kata McPherson.
Sekali mangsa tertangkap, cairan asam dan enzim dalam kantong akan menghancurkan bagian yang lunak dari mangsa. Bagian yang tersisa hanya tulang belulang.
Kantong semar menjebak mangsa untuk mendapatkan nutrisi berupa nitrogen.
Kantong semar perlu mendapatkan nutrisi dari hewan sebab lingkungannya
relatif minim nutrisi.
McPherson menuturkan, "Spesies baru yang ditemukan di Filipina ini memiliki kantong jebak yang berwarna hijau dengan bintik ungu dan mereka tampak mencolok dari vegetasi sekelilingnya."
Menurut McPherson, karakteristik daun, kantong dan bunga Nepenthes attenboroughii menunjukkan bahwa spesies baru ini adalah kerabat dari kantong semar Nepenthes rajah di Kalimantan dan Nepenthes flora di Palawan dan Kalimantan.
Penemuan ini dipublikasikan di Botanical Journal of the Linnean Society.
McPherson menuturkan, "Spesies baru yang ditemukan di Filipina ini memiliki kantong jebak yang berwarna hijau dengan bintik ungu dan mereka tampak mencolok dari vegetasi sekelilingnya."
Menurut McPherson, karakteristik daun, kantong dan bunga Nepenthes attenboroughii menunjukkan bahwa spesies baru ini adalah kerabat dari kantong semar Nepenthes rajah di Kalimantan dan Nepenthes flora di Palawan dan Kalimantan.
Penemuan ini dipublikasikan di Botanical Journal of the Linnean Society.
Relasi Unik Kelelawar dan Kantung Semar
KOMPAS.com — Jika selama ini kantung semar
diidentikkan dengan si pemenang karena berhasil menjebak ribuan
serangga, hasil penelitian ilmuwan asal Brunei Darussalam mengungkap hal
berbeda. Kantung semar seolah menjadi pihak yang kalah sebab hanya
menjadi toilet alias tempat kencing bagi kelelawar.
Hasil penelitian itu dipublikasikan di jurnal Royal Society Biology Letters bulan
ini. Menurut para ilmuwan, relasi antara kantung semar dan kelelawar
merupakan kasus kedua yang menggambarkan relasi tanaman karnivora dan
mamalia. Sebelumnya, pada tahun 2009, dilaporkan hubungan antara tikus
dan tanaman karnivora.
Ilmuwan yang meneliti kantung semar ini
adalah Ulmar Grafe, seorang biolog dari Universitas Brunei Darussalam.
Ia meneliti spesies kantung semar raffles atau Nepenthes rafflesiana varietas elongata. Sementara spesies kelelawar yang digunakan adalah hardwicke, ditangkap di sebuah hutan rawa gambut wilayah Brunei Darussalam.
Menurut Grafe, walaupun kantung semar tampak sebagai pihak yang kalah
karena dikencingi, sebenarnya kantung semar adalah yang menang. Dengan
urine dan feses kelelawar, kantung semar mendapatkan nutrisi tambahan
berupa nitrogen. Analisis kimia pada kantung semar raffles menunjukkan,
sebanyak 33,8 persen nutrisinya berasal dari kotoran kelelawar.
Malah,
peneliti menemukan, kantung semar beradaptasi menjadi toilet terbaik
bagi si kelelawar. Kantung semar memiliki kantung yang tumbuh memanjang,
silindris, dan berdiameter kecil. Lubang pada kantung juga sangat
mendukung bagi kelelawar untuk membuang kotorannya.
Kantung semar
raffles justru kurang beradaptasi untuk menjebak serangga. Jenis ini
mengeluarkan senyawa volatil (mudah menguap) yang lebih sedikit daripada
jenis lain. Akibatnya, tak begitu banyak serangga yang terjebak dalam
kantungnya. Jenis ini juga memproduksi senyawa pencerna serangga yang
juga lebih sedikit.
Peneliti melaporkan, meski kelelawar juga
memakan serangga, kompetisi antara kelelawar dan katung semar tak
ditemukan. Kelelawar juga tak pernah memakan serangga yang terjebak
dalam kantung semar. Relasi antara keduanya murni mutualisme, kelawar
mendapat tempat untuk membuang kotoran dan kantung semar mendapar
nutrisi dari kotoran.
Grafe mengungkapkan, relasi tersebut
terbentuk lewat proses evolusi setelah kelelawar bertengger di kantung
semar. "Penggunaan secara insidental mungkin berevolusi menjadi reguler
dan eksklusif ketika tanaman merespons dengan beradaptasi. Kantung semar
menjadi tempat yang lebih atraktif untuk bertengger," papar Grafe.
sumber: www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar