Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan dengan
Classroom Action Research (CAR). Dari sisi namanya sudah menunjukkan isi
yang terkandung di dalamnya. Karena itu Arikunto, dkk (2006), Aqib
(2007), Madya (2006) mengemukakan bahwa ada tiga kata yang membentuk
pengertian tersebut, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas.
Sehubungan dengan itu, maka Arikunto dkk (2006) mengartikan penelitian
tindakan kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Karena itu penelitian tindakan yang
dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran
yang menjadi tanggung jawabnya.
Hal tersebut sejalan dengan Burns, (1999); Kemmis & McTaggrt (1982);
Reason & Bradbury (2001) dalam Madya (2007) yang menjelaskan bahwa
penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang
ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Karena itu penelitian
tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi
pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ”penelitian
tindakan kelas” atau PTK. Sehubungan dengan itu, maka pertanyaan yang
muncul adalah ”Kapan seorang guru secara tepat dapat melakukan PTK?”
Jawabnya: Ketika guru ingin meningkatkan kualitas pembelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya dan sekaligus ia ingin melibatkan peserta
didiknya dalam proses pembelajaran. Karena itu, fungsi PTK sebagai alat
untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas, yaitu
sebagai: (a) alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam
situasi pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam jabatan,
membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong
timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat
untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan
tambahan atau inovatif; (d) alat untuk meningkatkan komunikasi yang
biasanya buruk antara guru dan peneliti; (e) alat untuk menyediakan
alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap
pemecahan masalah kelas (Cohen & Manion, dalam Madya, 2007). Hal
tersebut dapat dilakukan oleh guru karena: (1) hasil penelitian tindakan
dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang
menginginkannya; (2) penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang
pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung
diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait; (3) peneliti tindakan
(guru) melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus
pengembangan.
Prinsip-prinsip PTK
Agar peneliti memperoleh kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu kiranya dipahami prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
apabila akan melakukan penelitian tindakan kelas.
Hopkins (dalam Aqib, 2007), mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu: (1) Metoede PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar; (2) metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran; (3) metodologi yang digunakan harus reliable; (4) masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada tanggung jawab professional; (5) dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya; (6) PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Arikunto dkk (200) prinsip-prinsip PTK yang harus dipetrhatikan apabila ingin melakukan PTK dengan baik, yaitu: (1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin, yaitu penelitian dilakukan tanpa mengubah situasi rutin; (2) adanya kesadaran diri untuk memperbiki kinerja; (3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT; (4) PTK adalah upaya empiris dan sistemik; (5) mengikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu:
Hopkins (dalam Aqib, 2007), mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu: (1) Metoede PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar; (2) metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran; (3) metodologi yang digunakan harus reliable; (4) masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada tanggung jawab professional; (5) dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya; (6) PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Arikunto dkk (200) prinsip-prinsip PTK yang harus dipetrhatikan apabila ingin melakukan PTK dengan baik, yaitu: (1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin, yaitu penelitian dilakukan tanpa mengubah situasi rutin; (2) adanya kesadaran diri untuk memperbiki kinerja; (3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT; (4) PTK adalah upaya empiris dan sistemik; (5) mengikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu:
- S – specifik, khusus, tidak terlalu umum
- M – Managable, dapat dikelola, dilaksanakan
- A – Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau
- R – Realisti, operasional, tidak di luar jangkauan, dan
- T – Time-bound, diikat oleh waktu tertentu.
Selanjutnya Arikunto menjelaskan bahwa di antara unsur dalam SMART,
unsur yang sangat penting karena terkait dengan subjek yang dikenai
tindakan adalah unsur ke tiga, yaitu A:Acceptable, dapat diterima oleh
subjek yang akan diminta melakukan sesuatu oleh guru. Oleh karena itu,
sebelum guru melakukan lebih lanjut tentang tindakan yang akan
diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh
guru dan akan mereka lakukan harus disepakati secara sukarela. Dengan
demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa
dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampak dari kemauan penuh
itu menghasilkan semangat atau kegairahann yang tinggi.
Kriteria dalam Penelitian Tindakan Kelas
Sebagaimana halnya dengan jenis penelitian yang lain, maka PTK harus
memenuhi kriteria tertentu, yaitu harus memenuhi kriteria validitas.
Akan tetapi, makna dasar validitas untuk penelitian tindakan condong ke
makna dasar validitas dalam penelitian kualitatif, yaitu makna langsung
dan lokal dari tindakan sebatas sudut pandang peserta penelitiannya.
Jadi kredibilitas penafsiran peneliti dipandang lebih penting daripada
validitas internal (Davis, 1995, disitir oleh Burns, 1999, dalam Madya,
2007). Karena PTK bersifat transformatif, maka kriteria yang cocok
adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses,
validitas katalitik, dan validitas dialogis, yang harus dipenuhi dari
awal sampai akhir penelitian, yaitu dari refleksi awal saat kesadaran
akan kekurangan muncul sampai pelaporan hasil penelitiannya (Madya,
2007).
Validitas Demokratik
berkenaan dengan kadar kekolaboratifan
penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya guru, dan
guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan masing-masing siswa diberi
kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta
dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup:
- Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya?
- Apakah solusi masalah di kelas, guru sebagai peneliti memberikan manfaat kepada mereka?
- Apakah solusinya memiliki relevansi atau keterterapan pada konteks kelas yang sedang diajar?
Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong
lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk
mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap
persoalan pembelajaran di kelas yang diajar, yang fokusnya adalah
pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran.
Validitas Hasil mengandung konsep bahwa penelitian tindakan oleh guru membawa hasil yang sukses. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas dalam mata pelajaran bahsa Inggris misalnya yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran? Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK dilakukan? Misalnya, apakah guru dan kolaboratornya mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Guru dan kolaboratornya secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang dicapai, realitas kehidupan kelas, dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman guru dan siswa terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini. Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (Brown dalam Madya,2007) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upayaupaya guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diizinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
Validitas Hasil mengandung konsep bahwa penelitian tindakan oleh guru membawa hasil yang sukses. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian, di mana ketika dilakukan refleksi pada akhir tindakan pemberian tugas dalam mata pelajaran bahsa Inggris misalnya yang menekankan kegiatan menggunakan bahasa Inggris lewat tugas ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan malu berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi agar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak malu sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran? Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteria berikutnya.
Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK dilakukan? Misalnya, apakah guru dan kolaboratornya mampu terus belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, Guru dan kolaboratornya secara terus menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang dicapai, realitas kehidupan kelas, dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman guru dan siswa terhadap peran masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akibat dari perubahan ini. Validitas katalitik dapat dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat dan faktor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran. Misalnya faktor-faktor kepribadian (Brown dalam Madya,2007) seperti rasa takut salah dan malu melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upayaupaya guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi usaha belajarnya merupakan faktor positif yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik dapat juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap peran baru yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran baru tersebut mencakup peran fasilitator dan peran penolong serta peran pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan pemahaman tentang perlunya menjaga agar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
Kriteria validitas dialogis ini dapat juga mulai dipenuhi ketika penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, setelah seorang peserta mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, dia akan meminta peserta lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi dialog kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan dapat dikurangi sampai sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, seperti telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jika memerlukan, diizinkan untuk memeriksa semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Tujuan ini “melekat” pada diri guru dalam penunaian misi professional
kependidikannya (Aqib, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya PTK
bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam
kelas. Karena itu menurut Suharjono (2006), tujuan penelitian tindakan
kelas adalah meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi
masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan
budaya akademik.
Sedangkan Arikunto (2006) merinci tujuan PTK, yaitu:
Sedangkan Arikunto (2006) merinci tujuan PTK, yaitu:
- meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah;
- membantu guru dan tenaga kependidikan lainna mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas;
- meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan;
- menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
- inovasi pembelajaran,
- pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas,
- peningkatanproresionalisme guru.
- Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,
- Meningkatkan profesionalitas guru,
- Meningkatkan rasa percaya diri guru,
- Memungkinkan gurusecara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Luaran Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2006) menjelaskan luaran yang dapat diperoleh melalui PTK,
yaitu perbaikan mutu, proses, dan hasil pembelajaran, antara lain:
- peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah;
- peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas;
- peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya;
- peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa;
- peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah;
- peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Langkah-langkah PTK Model Cohen dkk
Oleh: Dra. Sukayati, M.PdBagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh bila guru yang berperan sebagai peneliti mau melaksanakan PTK? Apakah ada aturan-aturan yang harus ditaati atau dilaksanakan saat penelitian? Rumitkah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali muncul dalam pikiran guru, yang kadang-kadang membuat takut sebelum melangkah untuk merencanakan PTK.
Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti langkah-langkah tertentu agar proses yang ditempuh tepat, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas Model Cohen dkk ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997 dan Suwarsih: 1994). Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran seharihari, antara lain meliputi ruang lingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah.
a. Ruang lingkup masalah
Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam pembelajaran berkaitan dengan:
- metode/strategi pembelajaran;
- media pembelajaran.
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian.
Ada beberapa kriteria dalam menentukan masalah yaitu:
- masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas dan sekolah;
- masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan;
- pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini dari pada berdasarkan fenomena dangkal.
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
- masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
- rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
- rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat memberikan penekanan tindakan.
3. Merumuskan hipotesis tindakan
Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK.
4. Membuat rencana tindakan dan pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai berikut:
- apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahanmasalah yang telah dirumuskan;
- alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data;
- rencana pencatatan data dan pengolahannya;
- rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.
Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan memerlukan perubahan karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan tindakan), maka peneliti hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK. Pada saat pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan slide.
6. Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan.
7. Pelaporan hasil
Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi.
Daftar Pustaka
- Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
- Marzuki. 1997. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Seminar dan Pelatihan Nasional. Malang: Pasca Sarjana IKIP.
- Sukarnyana, Wayan. 1990. Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK bagi guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.
- Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bagian Kesatu: Pengenalan PTK. Yogyakarta: IKIP.
itulah tadi posting tentang Penelitian Tindakan Kelas, semoga ada guna dan manfaatnya. wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar